klik aja.com

news applikasi

Tampilkan postingan dengan label SHALAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SHALAT. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Oktober 2013

Anjuran Shalat Witir Sebelum Tidur

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Shalat witir sebelum tidur termasuk sunnah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mewasiatkannya kepada sebagian sahabatnya, seperti Abu Hurairah, Abu Darda’ dan selainnya. Keberadaannya sebagai wasiat beliau tersebut juga berlaku untuk seluruh umatnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَبِالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَبِصَلَاةِ الضُّحَى فَإِنَّهَا صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ


“Kekasihku Shallallahu 'Alaihi Wasallam mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dari setiap bulan, shalat witir sebelum tidur, dan dari shalat Dhuha, maka sungguh itu adalah shalatnya awwabin (shalatnya orang-orang yang banyak taat kepada Allah).” (HR. Ahmad dan Ibnu Huzaimah. Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib)

Anjuran mengawalkan witir sebelum tidur ini ditekankan kepada siapa yang tidak yakin akan terbangun di akhir malam. Ini lebih utama untuk dirinya. Dan ini tentunya akan lebih memberikan jaminan tidak meninggalkan shalat witir.

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ خَافَ مِنْكُمْ أَنْ لَا يَسْتَيْقِظَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ ثُمَّ لِيَرْقُدْ وَمَنْ طَمِعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَيْقِظَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَإِنَّ قِرَاءَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ


“Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bangun di akhir malam hendaknya ia witir di awal malam, lalu ia tidur. Dan siapa  di antara kalian yang yakin benar bisa bangun di akhir malam maka hendaknya ia berwitir di akhir malam. Sebab, bacaan di akhir malam dihadiri Malaikat dan lebih utama.” (HR. Muslim, Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Sedangkan bagi orang yang yakin atau menurut perkiraannya -lebih kuat- akan bangun di akhir malam –tidak diragukan lagi- bahwa mengakhirkan witir adalah lebih utama. Yakni di sepertiga malam terakhir sebagai waktu turunnya Allah ke langit dunia.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam  bersabda:

اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا


“Jadikan witir sebagai akhir shalat malammu,” (Muttafaq ‘Alaih dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma)

Pendapat Membatalkan Witir Pertama

Ada pendapat sebagian ulama yang menyebutkan, jika seseorang tidak yakin akan bangun di akhir malam hendaknya mengawalkan witir sebelum tidur. Lalu jika ia  bangun di pertengahan atau akhir malam hendaknya ia shalat satu rakaat untuk membatalkan witirnya. Setelah itu ia menutup shalat malamnya tersebut dengan witir kembali.

Pendapat di atas tidak benar. Banyak ulama telah memberikan bantahannya. Di antara hujjahnya adalah adanya hadits yang melarang mengerjakan dua witir di satu malam, “Tidak ada dua witir dalam satu malam.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Al-Nasai)

Membatalkan witir dengan cara ini menyebabkan ia mengerjakan witir tiga kali dalam satu malam. Larangan mengerjakan witir dua kali dalam semalam menuntut larangan pula tiga kali, empat kali dan seterusnya.

Sengaja membatalkan witir sebelum tidur bertentangan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ


“Wahai orang-orang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taat pula kepada Rasul-Nya, serta jangan batalkan amal-amal kalian.” (QS. Muhammad: 33)

Maka siapa yang sudah mengerjakan shalat witir awal malam (sebelum tidur) lalu ia bangun di sepertiga malam terakhir hendaknya ia mengerjakan shalat dua rakaat, dua rakaat, sehingga masuk Shubuh. Cukup baginya mendapatkan keutamaan witir dengan witir di awal malam tadi. Wallahu A’lam.
http://www.voa-islam.com/

ALASAN MENGAPA KITA HARUS BERSYUKUR DAN MENGINGAT KEMATIAN

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah atas segala nikmat-Nya kepada kita, yang zahir maupun batin. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah, Shallallahu 'Alaihi Wasallam keluarga dan para sahabatnya.

Salah satu cara shalat khusyu' adalah dengan mengingat kematian saat shalat. Yaitu ingat dirinya akan mati dan dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah berfirman tentangnya,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 45-46)

Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas, "Dan sesungguhnya shalat atau wasiat benar-benar berat (dijalankan) kecuali atas orang-orang khusyu' yang yakin mereka akan berjumpa dengan Allah; maksudnya: mereka tahu akan dikumpulkan kepada-Nya pada hari kiamat, dihadapkan kepada-Nya dan mereka akan kembali kepada-Nya. Maksudnya: urusan mereka akan kembali kepada kehendak Allah; Allah menghakimi sekehendak-Nya terhadap urusan itu dengan keadilan-Nya. Oleh karenanya, saat mereka meyakini hari yang dijanjikan dan jaza' (balasan) menjadi mudahlah (ringanlah,-pent)atas mereka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran."

Hal ini juga dikuatkan oleh sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

اذكر الموت في صلاتك ، فإن الرجل إذا ذكر الموت في صلاته لحريّ أن يحسن صلاته ، وصلّ صلاة رجل لا يظن أنه يصلي غيرها


"Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena sesungguhnya seseorang itu apabila ingat kematian dalam shalatnya niscaya akan lebih memacunya untuk memperbagus shalatnya; dan shalatlah kamu sebagaimana shalatnya seseorang yang tak yakin ia bisa shalat sesudahnya." (HR. Al-Baihaqi dalam kitab Al-Zuhud al-Kabir dan pemilik Kanzul Ummal. Dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Al-Silsilah al-Shahihah, no. 1421, beliau menukil dari Imam al-Suyuthi bahwa AL-Hafidz Ibnu Hajar telah menghassankan hadits ini)

Ini sesuai dengan pesan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Abu Ayyub Radhiyallahu 'Anhu saat beliau bersabda kepadanya, "Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalat perpisahan." (HR. Ahmad dan disebutkan juga dalam Shahih al-jami', no. 742) yakni seperti shalat orang yang mengira bahwa ia tak akan shalat lagi sesudahnya. Apabila orang yang shalat yakin dirinya akan mati dan di sana masih ada satu shalat sebagai shalat yang terakhir, hendaknya ia khusyu' dalam shalat yang dikerjakannya itu karena ia tidak tahu bahwa bisa jadi shalat ini adalah shalat yang terakhir." (Dinukil dari 33 Penyebab Khusyu' Shalat, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid: 45-46)

Mengingat perkara kematian dan apa yang akan ia temui sesudahnya berupa alam kubur, kebangkitan, perhimpunan, hisab, dan jaza' di akhirat adalah cara jitu untuk membantu menggapai kekhusyu'an dalam shalat. Maka orang yang shalat hendaklah berusaha mewujudkan sebab-sebab tersebut dan menjauhi perkara-perkara yang menghalangi kekhusyu-an. Wallahu Ta'ala A'lam.