Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah atas segala nikmat-Nya kepada kita, yang zahir maupun batin. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah, Shallallahu 'Alaihi Wasallam keluarga dan para sahabatnya.
Salah satu cara shalat khusyu' adalah dengan mengingat kematian saat shalat. Yaitu ingat dirinya akan mati dan dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah berfirman tentangnya,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 45-46)
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas, "Dan sesungguhnya shalat atau wasiat benar-benar berat (dijalankan) kecuali atas orang-orang khusyu' yang yakin mereka akan berjumpa dengan Allah; maksudnya: mereka tahu akan dikumpulkan kepada-Nya pada hari kiamat, dihadapkan kepada-Nya dan mereka akan kembali kepada-Nya. Maksudnya: urusan mereka akan kembali kepada kehendak Allah; Allah menghakimi sekehendak-Nya terhadap urusan itu dengan keadilan-Nya. Oleh karenanya, saat mereka meyakini hari yang dijanjikan dan jaza' (balasan) menjadi mudahlah (ringanlah,-pent)atas mereka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran."
Hal ini juga dikuatkan oleh sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اذكر الموت في صلاتك ، فإن الرجل إذا ذكر الموت في صلاته لحريّ أن يحسن صلاته ، وصلّ صلاة رجل لا يظن أنه يصلي غيرها
"Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena sesungguhnya seseorang itu apabila ingat kematian dalam shalatnya niscaya akan lebih memacunya untuk memperbagus shalatnya; dan shalatlah kamu sebagaimana shalatnya seseorang yang tak yakin ia bisa shalat sesudahnya." (HR. Al-Baihaqi dalam kitab Al-Zuhud al-Kabir dan pemilik Kanzul Ummal. Dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Al-Silsilah al-Shahihah, no. 1421, beliau menukil dari Imam al-Suyuthi bahwa AL-Hafidz Ibnu Hajar telah menghassankan hadits ini)
Ini sesuai dengan pesan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Abu Ayyub Radhiyallahu 'Anhu saat beliau bersabda kepadanya, "Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalat perpisahan." (HR. Ahmad dan disebutkan juga dalam Shahih al-jami', no. 742) yakni seperti shalat orang yang mengira bahwa ia tak akan shalat lagi sesudahnya. Apabila orang yang shalat yakin dirinya akan mati dan di sana masih ada satu shalat sebagai shalat yang terakhir, hendaknya ia khusyu' dalam shalat yang dikerjakannya itu karena ia tidak tahu bahwa bisa jadi shalat ini adalah shalat yang terakhir." (Dinukil dari 33 Penyebab Khusyu' Shalat, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid: 45-46)
Mengingat perkara kematian dan apa yang akan ia temui sesudahnya berupa alam kubur, kebangkitan, perhimpunan, hisab, dan jaza' di akhirat adalah cara jitu untuk membantu menggapai kekhusyu'an dalam shalat. Maka orang yang shalat hendaklah berusaha mewujudkan sebab-sebab tersebut dan menjauhi perkara-perkara yang menghalangi kekhusyu-an. Wallahu Ta'ala A'lam.
Salah satu cara shalat khusyu' adalah dengan mengingat kematian saat shalat. Yaitu ingat dirinya akan mati dan dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah berfirman tentangnya,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 45-46)
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas, "Dan sesungguhnya shalat atau wasiat benar-benar berat (dijalankan) kecuali atas orang-orang khusyu' yang yakin mereka akan berjumpa dengan Allah; maksudnya: mereka tahu akan dikumpulkan kepada-Nya pada hari kiamat, dihadapkan kepada-Nya dan mereka akan kembali kepada-Nya. Maksudnya: urusan mereka akan kembali kepada kehendak Allah; Allah menghakimi sekehendak-Nya terhadap urusan itu dengan keadilan-Nya. Oleh karenanya, saat mereka meyakini hari yang dijanjikan dan jaza' (balasan) menjadi mudahlah (ringanlah,-pent)atas mereka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran."
Hal ini juga dikuatkan oleh sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اذكر الموت في صلاتك ، فإن الرجل إذا ذكر الموت في صلاته لحريّ أن يحسن صلاته ، وصلّ صلاة رجل لا يظن أنه يصلي غيرها
"Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena sesungguhnya seseorang itu apabila ingat kematian dalam shalatnya niscaya akan lebih memacunya untuk memperbagus shalatnya; dan shalatlah kamu sebagaimana shalatnya seseorang yang tak yakin ia bisa shalat sesudahnya." (HR. Al-Baihaqi dalam kitab Al-Zuhud al-Kabir dan pemilik Kanzul Ummal. Dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Al-Silsilah al-Shahihah, no. 1421, beliau menukil dari Imam al-Suyuthi bahwa AL-Hafidz Ibnu Hajar telah menghassankan hadits ini)
Ini sesuai dengan pesan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Abu Ayyub Radhiyallahu 'Anhu saat beliau bersabda kepadanya, "Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalat perpisahan." (HR. Ahmad dan disebutkan juga dalam Shahih al-jami', no. 742) yakni seperti shalat orang yang mengira bahwa ia tak akan shalat lagi sesudahnya. Apabila orang yang shalat yakin dirinya akan mati dan di sana masih ada satu shalat sebagai shalat yang terakhir, hendaknya ia khusyu' dalam shalat yang dikerjakannya itu karena ia tidak tahu bahwa bisa jadi shalat ini adalah shalat yang terakhir." (Dinukil dari 33 Penyebab Khusyu' Shalat, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid: 45-46)
Mengingat perkara kematian dan apa yang akan ia temui sesudahnya berupa alam kubur, kebangkitan, perhimpunan, hisab, dan jaza' di akhirat adalah cara jitu untuk membantu menggapai kekhusyu'an dalam shalat. Maka orang yang shalat hendaklah berusaha mewujudkan sebab-sebab tersebut dan menjauhi perkara-perkara yang menghalangi kekhusyu-an. Wallahu Ta'ala A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar